Sunday, January 16, 2011

Untukmu, Jika Kelak Kau Menjadi Istri Mantan Kekasihku

Dia tak bisa bangun pagi. Hal pertama yang harus kau tahu. Belasan kali panggilan, tak akan membuka matanya. Kau harus memancingnya dengan secangkir kopi panas di samping tempat tidurnya. Setelah itu, dia baru akan tersenyum, dan menciummu.
Ciuman yang tak tahu apa artinya. Mungkin ucapan terima kasih karena kau tak membuatnya terlambat datang di tempatnya bekerja. Atau karena, ia mencintaimu.

Semoga saja..

Kau harus menyiapkan semuanya. Dia bayi yang begitu manja. Walau aku tak pernah berhenti mengaguminya. Dan, ya, kau sudah bisa menebak, dia begitu rewel tentang kemeja yang harus benar-benar licin saat kau kurang sempurna menyetrikanya. Sarapan pagi yang tepat tertata di atas meja, dan kau harus duduk bersamanya juga.
Jangan pernah mengeluh untuk semua permintaannya. Dia tak begitu suka.

Itulah kelemahanku.

O ya, dia akan menciummu seakan dia tak akan kembali lagi saat mobilnya keluar dari pelataran rumah. Ciuman yang begitu hangat. Tak memedulikan bisikan tetangga yang mengintip di balik jendela. Begitulah ia.
Dan ia akan membuat wajahmu tak pernah lepas dari senyuman setelahnya. Bahkan mungkin sampai ia sudah berada di kantornya. Ia memang paling bisa.

Itulah yang aku suka.

Tapi selama ia bekerja, jangan kau menjelma juga seorang bayi yang merengek-rengek meminta ia memberimu kabar setiap detik. Ia mendambakan kamu serupa Ibunya. Sibuklah dengan kegiatanmu sendiri merapikan rumah, memasak untuknya, atau apalah yang penting jangan keluar rumah. Kau boleh meneleponnya, tapi sungguh jangan lama-lama. Ia tengah menjadi Ksatria di tempat kerjanya. Dan di saat seperi itu, ia tak butuh seorang Mama.

Aku tak bisa.

Dan saat ia datang, ia berharap kau menyambutnya dengan wajah paling cantikmu. Dan kalian akan bercinta di mana saja. Di atas meja. Di ruang tamu. Di depan TV. Bahkan di dapur. Tentang itu, kau pasti akan memujanya. Sama seperti aku.
Jika hari hujan, ia akan mendekapmu dalam pelukannya. Sampai ia tertidur. Biasanya, ia akan meletakkan salah satu tangannya di bawah tengkukmu, dan menyuruhmu menidurinya. Seolah kalian berpelukan selamanya, tak peduli topan badai di luar sana. Jujur saja, ini yang tak begitu berhasil aku lupakan. Bahkan sampai kisah ini ku tuturkan.
O ya, jangan lupa, dia suka tidur malam. Kau akan diajaknya sekedar menghabiskan waktu untuk menonton DVD. Atau sekadar tertawa-tawa bercerita kejadian-kejadian lucu di harinya saat itu.
Di sela-sela waktu seperti itu, jangan lupa selalu mengisi cangkir kopinya saat habis. Si pecinta kopi itu.

Mungkin sudah semua. Hampir seluruhnya kau akan tahu dari ceritaku. Akupun tak keberatan membaginya.
Bayangkan kau akan mengalami hari-hari indah sepertiku, dulu.

Tak akan kukatakan disini. Mengapa aku pergi. Ia tahu alasannya. Dan mungkin tak akan bercerita padamu juga.
Tapi aku mencintainya. Seperti kau mencintai dia saat ini. Dan mungkin seperti dia mencintaimu sekarang.

Dia juga pernah begitu mencintaiku..

No comments: