Friday, August 13, 2010

Andai Bisa Kubaca Masa Depan

Aku mau belajar ilmu membaca garis tangan. Biar ku bisa membaca masa depan. Jadi bisa kuhindari orang-orang yang tak layak diperjuangkan, dan orang-orang yang sampai mati harus dicintai.
Oh, senangnya..

Seseorang membaca garis tanganku, katanya aku tak kawin dengan laki-laki yang satu ini. Tak tahukah ia? Dengan yang ini, aku sudah kawin ratusan kali, sejak kami pertama kali bertemu, di bawah senja berwarna kemerahan, entah itu senja beneran atau langit-langit mall yang terpantul cahaya lampu.
Seseorang yang lain menakut-nakutiku, katanya aku harus pandai-pandai menjaga laki-lakiku. Karena laki-laki yang ini, sukanya lari-lari. Apa perlu kuberikan rantai di lehernya?
Suatu kali, ku baca sendiri garis tanganku. Kata hatiku waktu itu, aku harus mengikutinya. Dan mencintainya sampai mati.
Jadi kuputuskan saja, menyerahkan diriku, dari kaki sampai kepala.

Dan oh la la.. Tak sia-sia aku meramal. Berkonsentrasi pada kerut-kerut di tangan. Mengartikan setiap tanjakan naik turun. Hidupku yang melayang bebas dan menukik tajam habis-habisan dalam satu malam. Hidupku yang bertaburan bintang sekaligus berlangit pekat. Ada-ada saja, si garis tangan. Setiap orang toh akan melaluinya..
Tapi aku tahu, akulah si pemberani, yang tau tahu takut dan tak gentar pada api. Sudah ku naiki gunung dan lembah, dan kini ku terjungkal di dasarnya..

1 comment:

Bastian Lieza said...

Penulis muda berbakat, lebay lebay lebay.. Gak, tp beneran kok, bagus :) Kalow boleh tau, ini yg ditulis siapa ya, Mbak?