Friday, August 13, 2010

Menanti Merah

Aku suka sekali warna merah. Berapa banyak di lemariku baju berwarna merah.
Pipiku merah, walau tidak tepat merah. Merah muda. Tapi tetap saja orang memanggilku 'si pipi merah'. Warna yang membuatku tampak selalu dalam susana hati yang lagi malu-malu. Merah merona. Akibat blush-on.
Rambutku tadinya coklat. Tapi setelah efek cat-nya memudar, sekarang jadi agak kemerahan.
O ya, aku punya beberapa tas berwarna merah, mulai dari yang tiga puluh ribuan sampai yang perlu menabung beberapa bulan untuk mendapatkannya.

Malam ini, aku duduk di bawah senja merah. Senja hasil bikinan lampu-lampu.
Dan langit begitu memerah..

Bibirku, satu-satunya yang tak begitu merah. Walaupun eye-shadow ku pun merah. Merah tua.
Tapi hatiku memerah. Jantungku mungkin mengikutinya. Tak tahu pasti dimana letaknya. Berdegup-degup menunggu sesuatu.

Aku ingat, wajahmu memerah kala itu. Berkeringat. Menahan amarah.
Dan wajahku, sudah pasti semerah darah. Lebam. Tak menahan amarah. Menumpahkan titik-titik basah.

Kita namai hidup kita, hidup yang begitu merah. Membara. Semembara nafas kita di malam bulan terlihat begitu merah.
Ah, kamu, begitu merah di mataku..

Malam ini, aku duduk di bawah senja merah. Senja hasil bikinan lampu-lampu.
Dan langit begitu memerah..

Tapi aku menunggu, merah dalam hidup kita, yang tak datang-datang juga..

3 comments:

Bastian Lieza said...

Tulisannya bagus sekali. Kalimatnya enteng tp daleeemmmm.. Hahaha.. Pengalaman pribadi, Mbak?

Anonymous said...

Hooo...akhirnya ku menancapkan jejak merahku ditulisanmu yang merah ini..^^

koncoku siji iki rek..suka yang merah2..^^

niwey, terus ditambahi isine..ben mantepp..

visit my blog's :
http://avieonline.wordpress.com/

mila hendri said...

Thank u, thank u all :)
Avie : Glad to visit ur blog.. Aku msh belajaran, Pak, jd ga enak diliat sm pakarnya :) Thanks yah..