Sunday, August 15, 2010

Riena dan Joe

Riena tersadar. Ia tinggal di kota yang salah.
Tak ada yang bisa lupa. Ia perempuan kota besar. Riena ingin mengingatkan itu pada semua orang.

Ini semua gara-gara Joe. Joe yang membawanya kemari. Di tengah-tengah orang-orangan sawah yang cuma bisa mengangguk dan menggeleng. Joe-pun jadi seperti itu, tiap kali ia tanya kapan mereka pergi, ia hanya mengangguk-angguk. Dan tiap kali ia tanya ia ingin pergi, ia hanya menggeleng-geleng. Mengangguk. Menggeleng.

Riena terbangun. Dari mimpi yang tak begitu panjang. Dan ia tersadar. Ia tinggal di kota yang salah.

Satu hari, ia membelah pematang sawah, ditemuinya tikus-tikus berlarian ramai. Tak mau melihat mereka, karena ia tak bisa ikut serta.
Di petang bulan Agustus, seseorang dengan langit biru di kepalanya, tersenyum melihat Riena. Mungkin ingin ia bagi cakrawalanya dengan perempuan kota besar yang lagi kesasar. Tapi Riena menolaknya. Pacarku tak suka aku memakai cakrawala di atas kepala. Dan Si Langit Biru itupun berlalu.
Empat hari yang lalu, Riena akhirnya berlari. Menuju lapangan tempat para gadis kecil bermain-main dengan kata-kata yang tak ia mengerti. Tapi apalah daya. Joe mengejarnya. Riena, marilah kita bermain-main sendiri, cukup kata-kataku saja yang kau mengerti.

Riena menangis. Ia mencintai Joe. Tapi tidak kota ini. Ia tinggal di kota yang salah.

Joe berteriak. Suatu siang, perempuannya tak lagi kesasar.

Maafkan aku, Joe..

1 comment:

K-conx said...

sukaa... tp si rien koq jd blur gini sih?? ga jelas kerangka pemikirannya, kl si joe kan emang deskripsinya lbh ga jelas lg... hehe.. whatever... jd ngefans